Jumat, 30 Desember 2011

Bimbingan dan Konseling

Landasan Teori Bimbingan dan Konseling
1.     Landasan Filosofis
          Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggung jawabkan secara logis, etis maupun estetis (Husairi, 2008:24).
2.      Landasan Psikologis
          Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
          Untuk kepentingan bimbingan dan konseling,ada beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor, yaitu tentang : motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar dan kepribadian (Husairi,2008:25).
3.      Landasan Sosial Budaya
          Landasan sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu (Husairi,2008:28).
4.      Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi  ( IPTEK )
          Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti : pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan – tulisan ilmiah lainnya.
          Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling (Husairi,2008:31-32).
B.     Pengertian Bimbingan dan Konseling
          Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan minat, dan isu – isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan anak dan merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan (Setiawati dan Ima N.C, 2009:6).
C.    Tujuan Bimbingan dan Konseling
          Tujuan bimbingan dan konseling yaitu untuk mencegah terjadinya masalah – masalah yang mungkin timbul pada anak didik, seperti : kesulitan dalam belajar membaca, belajar berhitung dan lain sebagainya. Selain itu juga untuk mengatasi masalah – masalah yang terjadi pada anak didik yang mempunyai kesulitan dalam belajar, sehingga guru dapat meminimalisir kesulitan belajar yang dialami oleh anak didik tersebut.
D.    Fungsi Bimbingan dan Konseling
          Ada beberapa fungsi bimbingan dan konseling yang kemukakan oleh Aquino dan Alviar (dalam Setiawati dan Ima N.C., 2009:20), yaitu :
1.      Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak – pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan murid. Pemahaman itu meliputi tentang pemahaman diri sendiri ( potensi dan kelemahan ) dan lingkungan ( keluarga, pendidikan, karir, sosial budaya dan nilai ).
2.      Fungsi Preventif, adalah bantuan yang diberikan kepada murid, bertujuan agar murid terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Seperti : kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah hubungan sosial dan sebagainya
3.      Fungsi Pengembangan, yaitu pelayanan yang diberikan dengan tujuan dapat membantu murid mengembangkan keseluruhan potensinya dengan terarah dan mantap
4.      Fungsi Kuratif, yaitu layanan yang membantu murid untuk mengatasi masalah – masalah yang dihadapi baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan luar sekolah.
E.     Asas – asas Bimbingan dan Konseling
          Bimbingan dan konseling mempunyai beberapa prinsip, yaitu :
1.      Asas kerahasiaan, yaitu konselor wajib merahasiakan seluruh data – data tentang kliennya kepada orang lain.
2.      Asas kesukarelaan, yaitu adanya sebuah kesediaan / kesukarelaan dari murid untuk mengikuti kegiatan bimbingan tersebut di sekolahnya.
3.      Asas keterbukaan, yaitu murid (klien) yang mengikuti kegiatan bimbingan tersebut harus terbuka kepada guru (konselor), artinya menceritakan semua masalahnya dan tidak ada yang ditutup -  tutupinya.
4.      Asas kegiatan, yaitu murid yang menjadi klien harus bisa aktif dalam mengikuti setiap kegiatan dalam program bimbingan yang diselenggarakan disekolahnya.
5.      Asas kemandirian, yaitu murid (klien) diharapkan dapat bersikap mandiri dalam mengambil keputusan maupun mandiri dalam mewujudkan dirinya sendiri.
6.      Asas kekinian, yaitu masalah yang dihadapi murid haruslah masalah yang sedang dihadapi saat ini, bukan masalah yang dahulu.
7.      Asas kedinamisan, yaitu layanan yang diberikan harus sesuai dengan perkembangan jaman dan tidak monoton.
8.      Asas keterpaduan, yaitu diharapkan berbagai layanan dan kegiatan bimbingan yang diberikan harus saling menunjang, harmonis dan terpadu.
9.      Asas keharmonisan, yaitu diharapkan agar setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma yang ada dan tidak boleh bertentangan dengan norma yang ada.
10.  Asas keahlian, yaitu layanan dan kegiatan bimbingan ini harus dijalankan oleh orang – orang yang ahli.
11.  Asas alih tangan kasus, yaitu jika ada pihak yang tidak mampu untuk menangani sebuah kasus, maka diharapkan pihak tersebut dapat mengalih tangankan kepada pihak yang yang lebih ahli lagi.
12.  Asas tutwuri handayani, yaitu supaya pelaksanaan dari program BK ini dapat meberikan rasa yang aman, dan menciptakan suasana yang mengayomi bagi semua orang.
DAFTAR PUSTAKA
Husairi, A. (2008). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Depok: Arya Duta.
Priyatno, dan Erman, A. (1994). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Setiawati, dan Ima, N.C. (2007). Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press